Sudah genap 30 tahun Red Hot Chili Peppers berkarya. 10 album studio, dan 2 album The Best Of / Greatest Hits telah beredar. Berbagai penghargaan internasional, Grammy Awards, sampai ke pelantikan Rock And Roll Hall Of Fame telah dirasakan oleh Chili Peppers. Lantas apa lagi yang kurang dari band ini? Sejak era 'Californication', semangat yang muncul saat band ini mengeluarkan album barunya memang tidak seenerjik band-band breakthrough lain. Waktu itu tahun 1999, namun band ini sudah terlalu sering kita dengar hampir setiap saat. Mungkin penambahan unsur-unsur yang berbeda dalam tiap album menjadi senjata tersendiri bagi Chili Peppers untuk mengatasi rasa "jenuh" penggemarnya yang telah 3 dekade mengikuti perkembangan mereka, dan hanya mendapati riff gitar yang funk-oriented, rap-rock, serta teknik slap bass Flea yang memang diakui di level "dewa". Bisa dibilang kunci musik Chili Peppers selama ini sebenarnya ada dalam tubuh sang John Frusciante. Kita bisa mendengar 'Blood Sugar Sex Magik', 'Californication', dan 'Stadium Arcadium' yang menjadi masterpiece band ini. Kesemuanya adalah hasil sound yang diproduksi oleh koneksi gaib yang dibangun bertahun-tahun antara Frusciante dan Flea.
Dan apa yang coba saya katakan disini adalah bahwa warna musik di album Chili Peppers bisa ditentukan oleh bagaimana suara bass dan gitar bergabung dalam satu wadah. Apakah saling bertautan, saling menyelimuti, atau benar-benar bermain di ranahnya masing-masing. Mungkin perbedaan paling mencolok adalah saat tahun 1991 mereka merilis mahakarya 'Blood Sugar Sex Magik', kemudian tiga tahun setelahnya ada 'One Hot Minute'. Hanya dalam selang waktu 3 tahun, warna musik mereka berubah dari yang sexy, crunchy, funk, less-distortion menjadi hard-rock, dark, psychedelic drumbeats di beberapa lagu, dan distorted guitar-riff. Apa lagi yang mendasari perubahan ini selain kepergian John Frusciante untuk pertama kalinya dan digantikan oleh Dave Navarro? Tahun 1998 Frusciante kembali ke line-up band dan membuat 'Californication' kembali ke roots musik Chili Peppers, dan menuai banyak pujian serta penghargaan. Sampai dengan 10 tahun kemudian ia kembali memutuskan keluar demi merajut solo karirnya. Sang bassist, Flea, sempat berkata bahwa ia merasa Chili Peppers telah punah saat itu. Ruh sang gitaris memang tidak bisa dipisahkan dalam tubuh band. Athony Kiedis sang vokalis sempat menyatakan bahwa ia kebingungan mencari gitaris pengganti yang sepadan selepas kepergian Frusciante. Namun siapa sangka, seorang pemuda kalem, yang umurnya jauh dibawah 3 personil Chili Peppers lainnya datang dengan background musik yang jauh berbeda dengan warna musik Chili Peppers selama ini. Josh Klinghoffer bergabung dan menghasilkan 'I'm With You' di tahun 2011. Kira-kira seperti apa warna musik Chili Peppers kali ini?
Josh Klinghoffer adalah partner John Frusciante dalam banyak karya solonya. Mereka berdua juga tergabung dalam Ataxia bersama Joe Lally, dan Klinghoffer juga sempat mengisi drum di Warpaint, band vintage rock dimana Emily Kokal, mantan kekasih Frusciante menjadi penyanyinya. Dalam banyak karya solo Frusciante, bersama Klinghoffer ia menawarkan banyak efek synth dan sound-sound yang sangat electronic. Klinghoffer pun lahir dalam wilayah musik yang sama. Seorang avant-garde, pemain synth, keyboard, dan pecinta sound gitar yang terdengar kompleks seperti Johnny Greenwood dari Radiohead.
Selang waktu antara 2009-2011, Flea bersama Klinghoffer banyak menghabiskan waktu menjelajahi Benua Afrika, dimana ia memutuskan untuk mencampur pengaruh African beats kedalam 'I'm With You'. Bisa didengar dalam lagu-lagu seperti "Ethiopia", "Did I Let You Know", dan "Dance, Dance, Dance". Untuk alasan ini pula lah Chili Peppers merekrut Mauro Refosco menjadi pemain perkusi dalam tur-tur 'I'm With You' seanjutnya. Sementara single pertama dan kedua yang dikeluarkan yaitu "The Adventures Of Raindance Maggie" dan "Monarchy Of Roses" penuh dengan kesan disco 70'an. Beat drums Chad Smith yang mengalir, konstan memberi fondasi groove yang kuat di setiap sisi lagu.
Unsur funk yang selama ini menjadi ciri khas justru seperti dikesampingkan dalam album ini. Sedikit sekali kita bisa mendengar riff-riff gitar ala Frusciante. Klinghoffer lebih memilih style-nya sendiri dengan mengkombinasikan efek distorsi dan phase atau fuzz dalam setiap bagian lead-guitar nya. Unsur-unsur electronic pop juga sarat ditemui di album ini.
Menurut saya, lagu yang bisa menjadi faktor-x dalam album ini adalah "Even You Brutus?". Dalam lagu ini ciri khas Kinghoffer benar-benar dituangkan habis-habisan. Intro dimulai dengan sound piano yang horror-theme seperti di film-film tentang vampir atau sejenisnya. Disambut dengan riff gitar heavy-distortion yang penuh special effect menjadikan lagu ini tampak spooky sekaligus megah di awal. Namun anehnya, begitu masuk ke verse, warna musik berubah seiring ketukan drums Chad Smith masuk. Sensasi yang didapat seperti mendengar musik yang circus-like. Lagu ini sangat "penuh" sehingga tidak meninggalkan ruang sedikitpun bagi improvisasi lainnya. Namun yang membuat lagu ini begitu lengkap adalah kita dapat mendengar sisipan-sisipan funk pada gitar Klinghoffer pada bridge sebelum chorus.
Well, tidak lengkap rasanya jika dalam setiap album Chili Peppers kita tidak mendengarkan satu atau dua lagu yang pelan dan mendayu. Dalam lagu "Brendan's Death Song", "Police Station", dan "Meet Me At The Corner" kita mendapati banyak unsur pop yang membuat tenang dan menaikkan kedua sudut bibir, alias tersenyum. "Brendan's Death Song" dibuka dengan petikan akustik gitar yang sangat manis ditambah vokal Kiedis yang melodis, apik dan sangat dewasa, jauh dari kesan "nakal". Sementara itu dalam "Police Station", intro yang lembut antara perpaduan gitar dan line melody bass dan piano, tanpa drums, membuat saya harus kembali angkat topi kepada duo Flea dan Klinghoffer. Dibuka dengan up-stroke kunci E minor, lalu mengalun sampai kepada chord awal bagian verse, G major, yang membuat suasana hati seperti muram lalu gembira. Lagu ini benar-benar sukses membuat saya tersenyum, apalagi ada bagian lead piano di tengah dan akhir lagu, seperti membayangkan Adele bernyanyi dengan Coldplay. Kemudian "Meet Me At The Corner" merupakan lagu yang paling simple dan sederhana dalam album ini. Tampaknya Klinghoffer tak ingin banyak bereksperimen disini. Mengikuti riff-riff gitar a la Frusciante, lagu ini terdengar "sangat Chili Peppers", apalagi di bagian akhir lagu dimana parade akustik gitar, drums, dan bass dibalut dengan lead gitar tanpa efek (clean) dengan pattern simple namun terdengar fantastis.
Walaupun dalam album ini sama sekali tidak ada unsur slap bass Flea, apalagi rap-rock ala Kiedis, namun dalam 'I'm With You' kita masih bisa mendengar beberapa aura Funk yang matang dengan beberapa kombinasi ringan, seperti dalam lagu "Look Around", "Ethiopia", dan "Dance, Dance, Dance".
Satu hal lagi yang perlu dicatat adalah soal urusan backing vokal. Yap, selama ini Frusciante dikenal dengan suara khas yang dalam, tinggi dan melengking di setiap backing vokal lagu-lagu RHCP. Namun kali ini, Klinghoffer menawarkan warna baru. Saat saya mendengar beberapa bubuhan backing vokal, saya kira saya sedang mendengar Patti Smith atau Jonas Bjerre, atau penyanyi wanita entah siapapun itu. Ternyata Klinghoffer lah yang memproduksi suara yang sangat feminim tersebut. Sangat halus, sangat unik!
Singkat kata, Chili Peppers memang kembali memberi warna baru dalam setiap albumnya. Jejak yang sama mereka lakukan mulai dari era 'Blood Sugar Sex Magik" hingga "Stadium Arcadium". Namun untuk album ini, sarat pengecualian. Musik mereka benar-benar baru, dan benar-benar fresh. Ini seperti bukan RHCP, namun kita masih bisa mendapati karakter kuat pada line bass Flea dan ketukan khas drum Chad Smith. Kiedis sendiri membuang jauh unsur Rap-rock nya. Nampaknya ia ingin lebih menjelajahi level vokal setingkat lebih diatas. Kedatangan gitaris baru mereka, Josh Klinghoffer, telah membubuhkan tanda tersendiri, karakteristik tersendiri, bahwa saat ini ialah yang menjadi unsur utama dalam produktivitas lagu-lagu mereka di masa mendatang. Dengan usia seluruh personil (kecuali Klinghoffer) yang telah menginjak angka 50an, tentu tidak mudah bagi RHCP untuk mempertahankan energi dan kesensualan tattoo-tattoo yang menyelimuti badan. Namun dari segi musik, Red Hot is getting hotter than ever...!
I'M WITH YOU (Red Hot Chili Peppers)
Genre: Rock, Alternative Rock, Funk Rock
Rilis: 30 Agustus 2011
Produser: Rick Rubin
Label: Warner Bros
Rating: 4,5/5 (Rolling Stone), 7/10 (Spin)
No comments:
Post a Comment